Skizofrenia

A.    Definisi  Skizofrenia
Pada zaman dahulu gangguan skizofrenia merupakan bagian dari gangguan psikosis. Gangguan skizofrenia banyak menampilkan prilaku yang menggambarkan adanya breakdown psikologis, sehingga perilakunya termasuk yang paling ekstrem. Individu yang mengalaim skizofrenia menampilkan karakteristik yang sangat luas jiak dibandingkan dengan invidu yang mengalami gangguan psikosis lainnya dan juga melibatkan seluruh sisi dari kepribadiannya sehingga tidak ada hal yang tersisihkan. Selain itu, individu yang mengalami gangguan ini memperlihatkan adanya defense mechanism dari ego, kecemasa dan juga panik  yang mengiringi gangguan tersebut.
Skizofrenia adalah gangguan parah yang sering dikaitkan dengan gangguan yang cukup besar dalam fungsi. Gangguan skizofrenia terjadi pada orang-orang dari semua budaya dan  semua lapisan masyarakat. Gangguan skizofrenia  ditandai dengan  beragam gejala, termasuk keanehan dalam persepsi, berpikir, bertindak, rasa diri, dan juga cara berhubungan dengan orang lain. Ciri khas gangguan skizofrenia adalah kerugian yang signifikan dari kontak dengan realitas, yang  disebut sebagai psikosis.
Bleuler (1857-1939) menyatakan bahwa Skizofrenia berasal dari akar Bahasa Yunani, yaitu “sxizo” yang berarti membagi atau retak dan hren” yang berarti pikiran. Hal ini karena ia percaya bahwa skizofrenia di tandai dengan disorganisasi proses berfikir, kurangnya koherensi Antara pikiran dan emosi, dan orientasi ke dalam diri (memisahkan diri dengan kenyataan). Menurut Carson dan Butcher (dalam Sutardjo, 2015) skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikosis atau psiotik yang ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, perilaku menarik diri dari interaksi social, dan juga disorganisasi serta fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi.
Skizofrenia merupakan gangguan yang sangat membingungkan, karena pada suatu waktu individu yang mengalami gangguan tersebut dapat berpikir dan berkomunikasi dengan jelas, memliki pandangan yang tepat tentang realita, dan juga berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada waktu yang lain,  pemikiran dan kata-kata mereka terbalik-balik, kehilanagn sentuhan dengan realita, dan juga mereka tidak mampu untuk memelihara diri mereka sendiri (Hoeksema dalam Wiramihardja, 2015).
Berdasarkan DSM IV, skizofrenia adalah gangguan yang terjadi paling sedikit selama 6 bulan, dengan satu bulan fase aktif gejala yang diikuti oleh munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan juga adanya perilaku katatotik dan gejala negatif.

B.     Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Di dalam DSM IV terdapat beberapa kriteria diagnostik skozofrenia, yaitu:
1.      Karakteristik gejala
a.       Delusi
Delusi adalah sebuah kepercayaa yang keliru yang tetap di pegang teguh meskipun bukti yang bertentangan sangat jelas. Delusi juga merupakan sebuah gagasan (ide) individu yang meyakini suatu kebenaran, atau kemungkinan besar atau hamper pasti, jelas tidak mungkin. Kata delusion berasal dari Latin ludere yang beraati “to play” yang berarti trik yang dimainkan dalam pikiran. Orang dengan delusi percaya berbagai hal yang orang lain tidak percaya.
Terdapat empat tipe delusi, yaitu:
1)      Delusi penyiksaan (persecutory delusion)
Delusi penyiksaan (persecutory delusion) merupakan keyakinan yang salah yang menganggap bahwa dirinya atu orang yang dicintainya telah disiksa, dikuntit, atau menjadi korban konspirasi orang-orang. Misalnya: individu merasa yakin bahwa agen-agen intelegen dan polisi berkonspirasi untuk menangkap dirinya dalam suatu operasi tiba-tiba.
2)      Delusi grandiose (grandiose delusion)  
Delusi grandiose (grandiose delusion) merupakan keyakinan yang salah bahwa individu memiliki kekuatan, pengetahuan, atau bakat yang besar, atau bahwa dia adalah orang yang terkenal dan juga kuat. Misalnya: individu yakin bahwa seorang pahlawan bereinkarnasi ke dalam dirinya sendiri atau orang lain.
3)      Delusi rujukan (delusion of reference)
Delusi rujukan (delusion of reference) merupakan keyakinan akan kejadian-kejadian yang diarahkan pada dirinya. Misalnya: individu meyakini bahwa penyiar berita memberitakan gerakan-gerakannya.
4)      Delusi diawasi (delusions of being controlled)
Delusi diawasi (delusions of being controlled) merupakan keyakinan bahwa pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh kekuatan eksternal. Misalnya: individu yakin bahwa makhluk asing telah menguasai badannya dan mengendalikan perilakunya.
b.      Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang tampaknya nyata untuk orang yang memiliki itu, namun terjadi tanpa adanya stimulus persepsi eksternal. Halusinasi juga merupakan gejala dimana seseorang melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Menurut Hoeksema (dalam Sutardjo, 2015) halusinasi terdiri atas:
1)      Halusinasi pendengaran (auditory hallucination), dimana individu mendengar suara-suara, music dan lain-lain yang sebenarnya tidak ada.
2)      Halusinasi penghilatan (visual halluciantion) adalah halusinasi yang sering berbarengan dengan halusinasi pendengaran. Misalnya: seseorang mungkin melihat makhluk ghaib berdiri di sisi tempat tidurnya, dan mengatakan kepadanya bahwa ia tidak berguna dan harus mati.
3)      Halusinasi perabaan (tactile hallucination), melibatkan persepsi bahwa sesuatu sedang terjadi di luar tubuh seserang. Misalnya: hama atau binatang-binatang kecil sedang merayap naik kembali kepada orang tersebut.
4)      Halusinasi somatis (somatic hallucination), melibatkan persepsi bahwa sesuatu sedang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya: cacing atau ulat memakan usus orang tersebut.
c.       Pembicaraan yang tidak terorgansasi
Individu yang menderita skizofrenia ketika berbicara topiknya sering menyimpng atau tidak berhubungan. Selain itu, penderita skizofrenia mungkin menjawab pertanyaan dengan komentar yang sangat sedikit berhubungan dengan isi pertanyaan atau bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan isi pertanyaan.
d.      Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik
Orang yang menderiat skizofrenia mungkin menunjukan agitasi yang tidak dapat diprediksiskan dan jelas tanpa pemicu. Tiba-tiba berteriak dan menyumpag-nyumpah, berjalan maju mundur dengan cepat dijalanan. Salah satu bentuk katatonia dalam skizofrnia adalah catatona excitement yaitu individu menjadi teragitasi dengan liar untuk sesuatu yang tidak jelas alasannya dan sulit untuk di taklukan dan di atasi.
Simtom dan sindrom yang sering muncul diantaranya adalah:
1)      Disorganisasi pada taraf pemfungsian awal, adanya anomali yaitu tidak bias melihat dengan jelas obyek yang bervariasi.
2)      Gangguan Bahasa dan komunikasi,  adalah cara berpikir dan isi pembicaraan kemana-mana.
3)      Isi pikiran, melibatkan tipe delusi yang baku, yang mana individu berbicara dengan istilah-istilah yang tidak betul.
4)      Persepsi yang salah, individu melihat dan mendengar sesuatu yang berbeda dengan kenyataannya.
5)      Pemahaman diri yang tidak jelas, individu tidak mengetahui apakah dirinya laki-laki atau perempuan, tidak tahu perannya dalam lingkungan dan juga tidak menyadari tentang apa yang telah dilakukannya.
6)      Destruktif, individu tidak mampu menyusun jadwal apa yang akan dilakukannya.
7)      Putus hubungan dengan dunia luar, individu menarik diri dengan lingkungan sosialnya.
8)      Perilaku motoric yang terganggu, individu merasa aman berada dalam posisi tertentu. Misalnya: individu berpose seperti patung dari pagi hari.
e.       Gejala negatif
Gejala negative ini terdiri atas:
1)      Affectife flattening
Affectife flattening adalah berbagai bentuk reduksi (penurunan atau penguranagn), atau hilangnya respon-respon afektif terhadap lingkungan, dan terganggu dalam menampilkan reaksi-reaksi emosional. Individu dengan gangguan skizofrenia tidak menampilkan adanya emosi, namun mungkin menghayati emosi yang kuat, tetapi tidak mampu untuk mengekspresikannya.
2)      Alogia
Alogia atau kemiskinan berbicara adalah pengurangan atau penurunan berbicara. Penderita mungkin tidak berinisiatif untuk berbicara degan orang lain dan apabila ditanya maka ia akan menjawab dengan isi jawaban yang tidak berbobot.
3)      Avolition
Avolition adalah ketidakmampuan untuk bertahan pada saat-saat biasa, atas aktivitas yang mengarah pada pencpaian tujun, seperti bekerja, sekolah dan di rumah.
2.      Disfungsi sosial atau pekerjaan
Individu yang menderita gangguan skizofrenia memiliki ketidakberfungsian yang meliputi pekerjaan, hubungan interpersonal, sekolah dan perawatan diri.
3.      Durasi
Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Termasuk sekurangnya satu gejala yang memenuhi kriteria A dan mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual.
4.      Di luar gangguan skizoafektif dan gangguan mood
Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukan. Hal ini karena:
1)      Tidak ada episode defresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase afektif.
2)      Jika episode mood terjadi selama fase gejala aktif, maka durasi totalnya akan relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya.
5.      Di luar kondisi pengaruh zat atau kondisi medis umum
Gangguan skizofrenia tidak disebabkan oleh penylahgunaan zat atau kondisi media umu.
6.      Hubungan dengan perkembangan pervasive
Apabila ada riwayat gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, maka diagnosis tambahan gangguan skizofrenia dibuat  hanya apabila delusi dan halusinasi muncul sekurang-kurangnya selama satu bulan.
C.     Tipe –Tipe skizofrenia
Terdapat lima tipe skizofrenia, yaitu:
1.      Tipe undifferentiated
Tipe undifferentiated adalah tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simtom-simtom yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia. Misalnya indikasi yang sangat ruwet, kebingungan, emosi yang tidak dapat dipegang karena erubah-rubah, delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahna yang sangat besar, autism seoerti mimpi, depri, dan juga ketakutan.  Tipe skizofrenia ini cenderung memiliki serangan atau permulaan yang lebih awal dalam kehidupan dan menjadi kronis sehingga sulit untuk diobati.
2.      Tipe paranoid
Tipe paranoid  ditandai dengan adanya pikiran yang absurd, tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti, dan halusinasi. Perilakunya kurang terorganisasi dan dalam menarik diri dari interaksi social kurang ekstrem. Individu dengan tipe ini memiliki delusi dan halusinasi yang sangat mencolok, yang melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan penderitaan. Mereka tidak menunjukan disorganisasi berbicara dan perilaku yang terlalu nyata. Invidu denga tipe ini juga melawan argument-argumen yang melawan delusi mereka, mudah marah terhadap setiap orang yang berdebat dengannya. Tipe skizofrenia ini dianggap sedang dan kurang membahayakan.
3.      Tipe katatonik
Tipe katatonik ditandai dengan adanya withdrawl (penarikan diri) dari lingkungan yang bersifat ekstrim, sehing lingkungan dubianya tidak dikenal lagi. Individu dengan gangguan tipe ini menunjukan berbagai perilaku motoric dan cara bicara yang tidak responsive terhadap lingkungannya. Diagnosis untuk tipe ini mensyaratkan dua dari simtom-simtom berikut ini:
a.       Catatonic stupor, tidak bergerak untuk periode yang lama.
b.      Catatonic excitement Iatau kegembiraan, kegemparan akibat aktifitas motoric yang berlebihan  yang tidak memiliki tujuan atau manfaat.
c.       Menjaga atau memelihara postur yang kaku atau secara lengkap diam untuk periode waktu yang lama.
d.      Echolalia, mengulang-ulang kata yang diucapkan oleh orang lain atau meniru gerakan orang lain secara berulang-ulang (echopraxia).
4.      Tipe disorganisasi
Menurut Carson dan Butcher (dalam Wiramihardja, 2015) menyatakan bahwa gangguan skizofrenia tipe ini biasanya muncul pada usia muda atau lebih awal dibandingkan dengan tipe-tipe yang lainnya. Tampilannya berupa disintegrasi kepribadian yang lebih parah. Individu dengan gangguan tipe ini tidak memiliki delusi dan halusinasi yang jelas. Pikiran dan tingkah lakunya tidak terorganisir. Mereka berbicara dengan kata-kata yang tidak masuk akal bagi orang lain, cenderung tampil ganjil dan perilkunya yang stereotif. Susah mandi, tidak mampu berpakain dan makan sendiri, serta pengalaman dan pengekspresian emosinya kacau. Karena tidak resonsif terhadap pengobatan, individu dengan gangguan tipe ini cenderung memiliki permulaan yang lebih awal dan rangkaian terapi yang berkelanjutan. Selain itu, individu yang mnederita gangguan tipe ini juga banyak yang mengalami kelumpuhan atau ketidakmampuan secara intelektual.
5.      Tipe residual  
Tipe residual berindikasikan gejala-gejala skizofrenia yang ringan yang ditampilkan individu mengikuti episode skizofrenik. Tipe ini merupakan kategori yang digunakan bagi mereka yang dianggap terlepas dari  dari skizofrenia tapi masih memperlihatkan beberapa tanda gangguannya. Individu dengan gangguan ini paling sedikit memiliki satu episode akut dari positif simtom yang akut dari skizofrenia dan juga memiliki beberapa simtom positif skizofrenia yang mencolok. Selain itu, mereka juga memiliki simtom negatif dan versi atau bentuk sedang dari positif simtom, untuk beberapa tahun.  








Sumber:
Wiramihardja, Sutardjo A. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT refika Aditama
Butcher, dkk. 2013.  Abnormal Psychology. Amerika: Pearson education







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Timur Pada Psikologi Transpersonal

Tipologi Konstitusional Mazhab Jerman

teori tentang hubungan sikap dan perilaku