Pengaruh Timur Pada Psikologi Transpersonal
Nama : Ai Fika Rohmatillah
Romdoni
NIM : 1400273

“Pengaruh Timur Pada Psikologi Transpersonal”
A. Menyatu dengan semesta: sebuah pendahuluan
Menurut John Peter Sarchio psikologi
transpersonal adalah cabang psikologi yang memberi perhatian pada studi
terhadap keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih mendalam dan luas,
atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam
semesta, atau merupakan dimensi spiritual. Manusia memiliki tiga tingkat
kesadaran, yang pertama adalah tingkat kesadaran ego; pada tingkat kesadaran
ini manusia tidak dapat melihat organisme sebagai system yang utuh karena hanya
mencerminkan perwujudan mental organisme yang dikenal dengan citra diri ego.
Tingkat kesadaran yang kedua yaitu kesadaran biososial yaitu melihat individu
atau manusia sebagai bagian dari lingkungan sosialnya.dan tingkat kesadaran
yang ketiga adalah tingkat eksistensial yang merupakan tingkat organisme yang
utuh dan ditandai dengan rasa identitas yang melibatkan kesadaran seluruh
system jiwa tubuh sebagai keseluruhan yang mengatur dirinya sendiri dan
terintegrasi. Pada akhir spectrum kesadaran, berkas-berkas transpersonal, masuk
ke dalam jiwa. Tingkat ini merupakan tingkat kesdaran kosmik yaitu ketika orang
menenggelamkan diri dan menyatu ke dalam jiwa.
1.
Abhidamma: teori
kepribadian timur
Abhidamma berkembang di India pada 15 abad yang lalu
dan sampai kini masih diterapkan oleh pnganut Buddhis dalam berbagai bentuk
sebagai penuntun olah pikir dan diturunkan langsung oleh dari wawasan Buddha
Gautama pada abad ke lima sebelum masehi. Dalam Abhidamma kata “kepribadian”
serupa dengan konsep atta atau diri (self).
Perbedaannya adalah menurut asumsi dasar abhidamma tidak ada diri yang
benar-benar kekal yang ada hanyalah sekumpulan proses yang impersonal yang
timbul dan menghilang. Menurut Abhidamma kepribadian manusia sama seperti
sungai yang memilki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun
tidak setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Untuk meneliti
perubahan dalam jiwa, metode dasar yang digunakan Abhidamma adalah intospeksi.
2.
Makna emptiness di dalam Buddhisme
Kekosongan (emptiness)
atau sunyata merupakan realitas tertinggi dan terakhir di dalam Buddhisme. Dan
sunyata sendiri merupakan kondisi yang setiap konsep kedirian menjadi hilang.
Menurut Masao Abe terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan mengenai konsep
kekosongan dalam Buddhisme:
a.
Di dalam Buddhisme
kekosongan adalah konsep yang paling ultim yang tidak dapat direifikasi dalam
konsep-konsep buatan manusia. Dalam hal ini, Buddhisme berusaha melampaui semua
dualitas yang ada pada manusia seperti baik-buruk, jiwa-badan dan sebagainya.
b.
Realitas tertinggi
dalam Buddhisme adalah kekosongan, sehingga orang bisa terbebas dari semua
bentuk reifikasi konseptual.
c.
Sebagai realitas
ultim, kekosongan harus dikosongkan dari semua bentuk keterikatan terhadap
konsep kekosongan.
Jadi, di dalam Buddhisme
yang menjadi titik utama dari konsep kekosongan adalah penolakan terhadap diri
(self) dan semua bentuk entitas yang
memiliki substansi.
3.
Mengejar
kesempurnaan hidup
Dalam Buddhisme kekosongan adalah kemampuan tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia ketika manusia mampu menegasi secara total
dirinya sendiri dan segala sesuatu yang memiliki substansi. Kesempurnaan hidup
adalah nirvana yaitu ketika setiap bentuk sasmara telah dilampaui. Di dalam
kekosongan, manusia mencapai kebebasan dan kebahagiaan sepenuh-penuhnya. Dengan
mencapai kekosongan juga manusia dapat tetap berjuang melawan ketidakadilan dan
penderitaan tanpa harus terikat pada perjuangan.
B.
Filsafat India:
Pencerahan yang membebaskan
Filsafat Buddha berkembang
dari ajaran Buddhisme yang dikenal sebagai agama Buddha. Siddharta Gautama
adalah tokoh awal Buddhisme yang juga merupakan seorang pangeran dari keluarga istana
di Nepal. Pengalaman sentral dalam hidup Siddharta disebabkan oleh situasi
keadaan sekitar yang mengejutkan. Dalam ajaran Buddha pencerahan pencerahan
merupakan dasar yang penting. Buddha yang berarti “yang sudah dicerahi” dan
pencerahan adalah Bodhi. Ajaran Buddha didasarkan pada pencerahan dan tujuannya
adalah membimbing orang menuju kelepasan seperti yang diperoleh oleh Sang
Buddha.
1.
Jalan menuju
keselamatan
Untuk mengetahui jalan menuju keselamatan, terlebih
dahulu kita perlu mengetahui konsep kebenaran menurut Buddha yang terdiri atas:
a. Kebenaran mulia tentang penderitaan: dalam Budhha
penderitaan diwakili dengan istilah “dukkha”
yang berarti penderitaan.
b. Kebenaran mulai tentang sebab penderitaan: penyebab
penderitaan adalah keinginan. Keinginan penyebab penderitaan disebut dengan tanha.
c. Kebenaran mulia tentang melenyapkan penderitaan
d. Kebenaran mulia tentang jalan menuju pelenyapan
penderitaan: jalan yang sebenarnya untuk menghilangkan penderitaan adalah
menghapus keinginan secara sempurna.
Terdapat 8 langkah besar untuk sampai pada pelenyapan penderitaan,
diantaranya adalah: pengetahuan yang benar (right
view), kehendak yang benar (right
intention), pembicaraan yang benar (right
speech), perilaku yang benar (right
action), pekerjaan yang benar (right
livelihood), usaha yang benar (right
effort), pikiran yang benar (right
mindfulness) dan konsentrasi yang benar (right concentration).
2.
Tiga ciri pokok
benda-benda
a.
Segala sesuatu
bersifat fana: segala sesuatu berubah dan menurut Buddha perubahan inilah yang
menyebabkan ketidakbahagiaan pada manusia karena manusia menginginkan sesuatu
yang tetap.
b.
Segala sesuatu
mengandung penderitaan: benda-benda memiliki potensi untuk menimbulkan
penderitaan.
c.
Segala sesuatu adalah
tanpa ego
3.
Karma dan jalan
hidup manusia
Pandangan
tentang karma dipengaruhi oleh Hindu. Karma adalah hukum sebab akibat dimana
setiap tindakan akan mendapatkan ganjaran. Di dalam hidupnya, manusia harus
menyadari bahwa dirinya memiliki kesamaan dengan makhluk lain dan alam. Apabila
manusia memiliki kesadaran tentang kesamaannya dengan makhluk lain maka ia akan
terbebas dari karma dan keterbatasan dan begitupun sebaliknya.
C.
Ajaran utama Zen
Zen adalah salah satu aliran agama Buddha yang
merupakan salah satu bagian dari Mahayana dan menekankan pada meditasi. Aliran
Zen dapat membuka pikiran kita dan mempertinggi kebijaksanaan manusia dan
ajarannya dapat menuntun manusia ke alam pembebasana. Aliran Zen muncul
berdasarkan kejadian sang Buddha yang mengajar di puncak Gunung Hering. Aliran
Zen memiliki tiga ajaran dasar yaitu: berhubungan dengan jiwa, berhubungan
dengan pengetahuan dan berhubungan dengan kehidupan.
Pada dasarnya terdapat dua jalur untuk menuntun ke
sang jalan yaitu kebijaksanaan dan praktik. Memasuki melalui jalur
kebijaksanaan berarti mencapai intisari melalui petunjuk dan meyakini bahwa
semua makhluk hidup memiliki hakikat sejati yang sama. dan memasuki jalur
praktik menunjuk empat praktik yang meliputi menderita ketidakadilan,
beradaptasi dengan kondisi-kondisi, tidak mencari apapun dan mempraktikan
dharma.
Buddhisme Zen tercampur dengan ajaran Taoisme dan
Konfusianisme. Sosok tubuh Zen adalah Buddhisme. Esensi Zen adalah mencapai
penerangan atau pencerahan. Adapun yang bisa dilakukan untuk sampai pada inti
diri adalah sebagai berikut: meditasi untuk pencerahan, pencarian di dalam
yaitu melepas segala konsep dan kata, pengalaman langsung, laku bukan filsafat,
kesadaran hishiryo-menjadi sederhana, jalan tengah, mushotoku-berhenti mengajar,
sekarang disini saat ini dan wu-wei.
D.
Ajaran Lao Tzu:
Jalan Tuhan
Ajaran Tao tidak dapat dipisahkan dari kitab yang
ditulis oleh Lao Tzu yang berjudul Tao Te
Ching. Ada dua kata yang penting dari buku Lao Tzu yaitu: pertama tao
yang berarti jalan yang diartikan oleh Lao Tzu sebagai jalan menuju Tuhan atau
Dzat yang Mahakuasa dan yang kedua yaitu te
yang berarti akhlak mulia. Kata “tao”
dapat diartikan sebuah jalan. Tao
bukan merupakan agama melainkan jalan spiritual untuk mencapai
kesempurnaan.
Tao adalah sebuah konsep yang ditemukan di Taoisme,
Konfusianisme, dan lebih umum dalam filsafat Cina. Kata Tao juga dapat
diterjemahkan sebagai cara, path, rute, doktrin atapun prinsip yang digunakan
untuk menandai filosofis atau fundamental hakekat dunia. Tao juga merupakan
prinsip dari segala sesuatu yang menjadi satu kesatuan.
Lao Tzu mengajarkan bahwa agama yang sejati adalah
mengenal Tuhan dan menjadikan kehendak seseorang itu dalam keselarasan penuh
dengan kehendak dan maksud Tuhan. Jalan Tuhan (tao) adalah transenden dan
imanen. Jalan tuhan membawa segala sesuatu menjadi ada, memelihara dan
mencukupinya dengan rezeki serta membimbingnya ke arah tujuan yang ditentukan
yakni kesempurnaan.
Lao Tzu mengajarkan manusia doktrin tentang Wie-Wu-Wie (beramal tanpa perbuatan) yakni
tenang, pasif, dan tentram emosinya sehingga jalan tuhan dapat melaluinya tanpa
terhambat ataupun gangguan. Lao Tzu juga mengajarkan manusia agar berbuat
kebajikan, melarang kejahatan dan berkasih sayang kepada segenap makhluk tuhan.
E.
Psikologi Sufi
Cermin Psikologi Transpersonal
Psikologi sufi merupakan bagian dari perkembangan
disiplin pengetahuan tasawuf dalam islam. Pengetahuna tersebut merupakan salah
satu dari empat pilar yang terdiri atas
fiqh (fiqh), kalam (kalam), filsafat (falsafah), dan tasawuf (tashawuf).
Menurut Robert Frager, tasawuf merupakan pendekatan holistik
yang mengintegrasikan fisik, psikis dan spirit serta membimbing jiwa untuk
tidak terjebak dalam bahaya model yang linier dan hierarkis, yang cenderung mengesampingkan
dan membenarkan penindasan terhadap kaum perempuan dan minoritas. Robert Frager
juga menjelaskan pengertian hati, diri, dan jiwa.
Dalam psikologi sufi, hati memiliki kecerdasan dan
kearifan terdalam. Di dalam hati tersimpan roh ilahiah dan hati juga merupakan
kuil Tuhan dan rumah cinta. Di dalam psikologi sufi diri atau nafs didefinisikan sebagai aspek psikis
pertama yang menjadi musuh kita. Nafs memiliki
beberapa tindakan tingkatan. Tingkatan terendah nafs adalah nafs tirani
yang merupakan nafs yang dapat
menjauhkan kita dari spiritualitas. Dan tingkatan tertingginya adalah nafs yang suci. Sedangkan dalam
psikologi sufi jiwa diidentikan dengan sesuatu yang selalu berevolusi. Jiwa
juga memiliki tujuh aspek yang terdiri atas mineral, nabati, hewani, pribadi,
rahasia, insani, dan maharahasia.
1.
Sufisme dan
Kesadaran Kosmis
Tasawuf
sebagai mistisisme dalam islam, pada intinya adalah kesadaran adanya hubungan
komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk
rasa dekat (qurb) dengan Tuhan.
Hubungan kedekatan tersebut dipahami sebagai pengalaman spiritual dzuqiyah manusia dengan Tuhan.
Tujuan akhir
mempelajari ajaran tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) dalam rangka
mencapai ridhonya, dengan mujahadah melalui latihan spiritual dan pembersihan
jiwa atau hati. Di kalangan para sufi, mendekatkan diri kepada Allah dapat
ditempuh dengan berbagai cara yaitu dengan melewati berbagai stasiun dan maqamat tertentu, diantaranya adalah zuhud, wara’, tobat, raja’, khauf, sabar,
ma’rifat, bahkan sampai fana, bersatu dan menyatu dengan Tuhan.
2.
Doktrin Al-Maqamat
Sufi
Tasawuf
merupakan maqam dalam mencapai kejernihan, kebersihan, dan kesucian hati (tazkiyah an-nafs). Maqam dan peringkat
perjalanan dalam tasawuf adalah tobat,
zuhud, tawakal, rida, mahabbah, khauf, tawadhu, takwa, ikhlas, syukur dan ma’rifah. Tazkiyah an-nafs dalam tasawuf
sering dikaitkan dengan penyucian jiwa, pembersihan hati, penjernihan dan
pmbeningan hati, serta penyelarasan antara manusia dan Tuhannya. Tazkiyah an-nafs juga merupakan metode ber-taqqarub atau mendekatkan diri kepada Tuhan melalui proses
latihan-latihan tertentu.
Ajaran-ajaran
sufi mengandung proses, cara, dan aplikasi nilai yang bertujuan membersihkan
diri secara zahir maupun batin. Seorang sufi yang menjalani proses al-maqamat
akan merasa dekat dengan Tuhan dan hatinya menjadi tenang, tenteram dan damai. Al maqamat ditakrifkan sebagai usaha
prakondisional berupa amalan-amalan lahir dan batin, seperti tobat, zuhud, sabar, tawakal, mahabbah dan
ma’rifat. Dan hasil seorang sufi
dalam menjalani maqomat tersebut
adalah kehidupan yang positif, terutama terhadap kondisi batin. Maqqomat memiliki beberapa tingkat dan
tingkatan maqomat yang populer
dikalangan sufi adalah sebagai berikut:
a.
Maqam tobat (taubah)
Tobat
merupakan tindakan permulaan dalam peraturan ajaran tasawuf. Pada tahap ini,
seorang sufi membersihkan dirinya dari perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa
bersalah. Tobat juga mengandung makna kembali, artinya tobat adalah kembali
dari sesuatu yang dicela oleh syara menuju sesuatu yang dipuji olehnya. Dalam
usaha tazkiyyah an-nafs tobat
merupakan tahap permulan menuju tuhan, karena tanpa maqam ini, tahap berikutnya tidak akan dicapai. Para sufi
menetapkan persyaratan tobat dengan harapan tidak akan tergelincir lagi pada
perkara-perkara yang mendatangkan kemudaratan dan dosa. Tobat juga memiliki
rahasia penting diantaranya adalah:
1)
Memisahkan
ketakutan dari kemuliaan
2)
Melupakan dosa dan
kesalahan merupakan tanda baik apabila dilakukan saat memperoleh karunia,
keberkahan dan rahmat Allah ta’ala.
3)
Tobat dari tobat merupakan sambungan dari tobat yang dilakukan.
b.
Maqam Zuhud (zuhd)
Zuhud adalah
mengarahkan keinginan kepada Allah SWT, menyatukan kemauan kepada-Nya, dan
sibuk dengan-Nya melebihi kesibukan lain agar Allah memerhatikan dan menuntun
seorang Zahid. Zuhud dalam islam menjadi rumpun dan asas yang kuat. Tanpa zuhud
nilai spiritual dalam tahap sufi terasa tidak berarti karena Zuhud merupakan
hal yang utama dalam maqomat tasawuf. Makna
zuhud dapat dibedakan pada tiga peringkat berikut:
1)
Zuhud dalam
shubhat setelah meninggalkan yang haram karena tidak menyukai celaan di mata
Allah, tidak suka pada kekurangan, dan tidak suka bergabung dengan orang-orang
fasik.
2)
Zuhud dalam perkara-perkara
yang berlebihan, yaitu sesuatu yang melebihi kebiasaan dengan melepaskan
kerisauan hati dan dengan mencontoh para nabi dan siddiqin.
3)
Zuhud dalam zuhud
yang dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu melakukan perbuatan zuhud, menyeimbangkan
keadaan ketika mendapat dan meninggalkan sesuatu dan ingin memperoleh balasan.
c.
Maqam Sabar (Sabr)
Sabar adalah
menahan diri dalam memikul suatu penderitaan, baik pada perkara yang tidak
diinginkan maupun pada saat kehilangan sesuatu yang disenangi. Sabar juga
merupakan menahan diri dari rasa cemas, gelisah, marah, menahan lidah dari
keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari kekacauan. Sabar juga merupakan
sifat yang secara holistik harus dimiliki oleh seorang sufi, karena seorang
sufi seharusnya berada dalam ketabahan dan kesabaran yang utuh.
d.
Maqam tawakal
Tawakal
adalah bersandar, memercayai, dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Dalam
tasawuf, tawakal didefinisikan sebagai keadaan jiwa yang tetap berada dalam
ketenangan dan ketentraman baik dalam keadaan suka maupun duka. Tawakal juga
merupakan perjalanan sufi dalam mendekatkan diri kepadanya.
e.
Maqam rida
Rida adalah puncak dari kecintaan yang diperoleh
seorang sufi selepas menjalani proses ubudiyah yang panjang kepada Allah SWT.
Pada prinsipnya rida merupakan kehormatan tertinggi bagi seorang individu sehingga
ia dengan sengaja membuka dirinya pada kebahagiaan dalam menjalani kehidupan
dunia yang fana ini. Terdapat tiga tingkatan rida, yaitu:
1)
Rida secara umum:
rida kepada Allah sebagai Rabb dan membenci ibadah kepada selainnya.
2)
Rida terhadap
Allah: meliputi rida terhadap qadha dan qadar-Nya yang merupakan perjalanan
orang-orang khawwas.
3)
Rida dengan rida
Allah.
f.
Maqam muhabbah
Muhabbah merupakan
luapan dan gejolak hati ketika dirundung keinginan untuk bertemu dengan kekasih
yaitu Allah SWT. Sedangkan tasawuf menjadikan mahabbah sebagai tempat
persinggahan orang yang berlomba-lomba untuk memeroleh cinta ilahi menjadi
sasaran orang-orang yang beramal dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai
Tuhannya. Cinta atau muhabbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1)
Mencintai Allah
mrupakan kesempurnaan cinta dan tuntutan cinta
2)
Mencintai karena
Allah, mengharuskan cinta untuk mencintai apa yang dicintai oleh kekasihnya dan
mencintai sesuatu yang membawanya pada keridaan-Nya dan mendekati-Nya.
3)
Mencintai sesuatu
bersama Allah adalah cinta berbentuk syirik yang memasukan hal-hal lain ke
dalam muatan cinta.
g.
Maqam ma’rifah
Ma’rifah
dalam tasawuf dikonotasikan pada panggilan hati melalui berbagai bentuk tafakur
untuk menghayati nilai-nilai kerinduan, yang berhasil dari kegiatan zikir,
sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan hakikat yang berterusan. Sedangkan para
sufi menyebut ma’rifah sebagai pengetahuan yang dengannya seorang sufi dapat
mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubarinya dapat melihat Tuhan.
Ma’rifah dibagi ke dalah tiga tahap, yaitu:
1)
Ma’rifah sebagai
sifat dan ciri dan ma’rifah muncul sebagai hasil dari kesaksian terhadap
ciptaan-Nya.
2)
Ma’rifah zat
3)
Ma’rifah yang
tenggelam di dalam kemurnian pengetahuan yang tidak boleh dicapai dengan
pembuktian, kesaksian dan wasilah.
4.
Pengalaman
Spiritual Sufi
Waktu adalah proses perpindahan yang
bersifat simbolik berdasarkan ruang. Al- Hawari mengklasifikasikan waktu sufi
dalam tiga makna dan tiga tingkatan, yaitu ketika terjadinya wajd (ekstase) yang disebabkan mahabbah, nama untuk jalan yang dilalaui
salik antara tamakkun dan talawwun,
dan al waqt al-haqq yaitu
tenggelamnya bentuk waktu di dalam wujud tuhan. Para sufi menandai bahwa
pengalaman al-waqt bukan atas pilihan
pribadi. Contoh pengalaman spiritual
seorang sufi yaitu perjalan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
5.
Substansi Esoteris
dan Esoteris
Di kalangan pra sufi, syariat berarti amal
ibadah lahiriah (eksoterik). Gerakan
salat yang dimulai dari menghadap kiblat, berdiri, rukuk, sujud dan seterusnya
beserta bacaan-bacaan yang telah ditentukan di dalamnya adalah amal ibadah
lahiriah. Perjalanan ke Baitullah, thawaf,
sa’i, wukuf di Arafah dan yang lainnya adalah syariat atau amal ibadah yang
bersifat lahiriah.
6.
Menuju
Kesempurnaan Manusia
Teori Al-Haqiqat
al-Muhammadiyah (manusia sempurna) tidak terlepas dari teorinya tentang
kesatuan wujud. Manusia sempurna adalah alam seluruhnya karena Tuhan ingin
melihat substansi-Nya dalam alam
seluruhnya yang meliputi seluruh yang ada.
Dalam Al-Haqiqat al-Muhammadiyah terjadi
segala alam, yaitu:
a.
Alam jabarut:
puncak tertinggi dari pembagian kekuasaan Tuhan atas alam
b.
Alam malakut: alam
malaikat yang terjadi dari nur
c.
Alam missal: alam
kesempurnaan yang menjadi tujuan
d.
Alam arwah: alam
kejiwaan
e.
Alam ajsam: alam
tubuh
ini referensi nya dari mana ya kak?
BalasHapus