Jealousy itu Negatif atau Positif??


Jealousy itu Negatif atau Positif??
Kata “jealousy” atau “cemburu” merupakan sebuah kata yang tidak asing lagi untuk didengar bahkan dirasakan, terutama oleh individu yang sedang menjalin hubungan romantis atau “berpacaran”. Selain itu, hal tersebut juga karena pada dasarnya setiap manusia pasti pernah merasakan kecemburuan, baik dalam hubungan romantis, pernikahan, persahabatan bahkan keluarga. Jealousy atau kecemburuan merupakan sebuah aspek fundamental yang meresap pada setiap individu dari segala usia dan budaya yang secara umum dapat diterma dengan baik (Desteno.,dkk, 2006). Jealousy atau kecemburuan juga merupakan reaksi individu untuk melindungi pasangan dari ancaman yang disebabkan oleh keterlibatan pasangan dengan kegiatan orang lain seperti terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja atau bertemu teman (Hansen, 1991).
Pandangan-pandangan atau definisi tentang jealousy tidak dapat dikemukakan ke dalam sebuah penjelasan yang dapat diterima secara umum di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki pandangan yang berbeda tentang jealousy. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan karena penyebab jealousy atau kecemburuan pada setiap individu juga berbeda. Menurut Massar, dkk (2009) pada dasarnya dalam sebuah hubungan romantis jealousy disebabkan oleh adanya ancaman dalam sebuah hubungan yaitu hadirnya rival baik secara nyata atau dibayangkan.
Marazziti, dkk (2013) juga menyatakan bahwa dalam hubungan romantis jealousy merupakan perasaan takut kehilangan pasangan yang dimulai dari keadaan normal sampai patologis yang disebabkan karena adanya ancaman dalam hubungan tersebut. Pendapat tersebut mendukung pandangan negatif tentang jealousy, hal ini disebabkan karena jealousy sering dilaporkan ada dalam setiap hubungan romantis.
Secara umum jealousy selalu dikaitkan dengan sejumlah hasil hubungan yang negatif. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Barelds dan Dijkstra (2007) bahwa jealousy merupakan sebuah fenomena utama dalam hubungan negatif yang kemungkinan akan disertai dengan kualitas hubungan yang rendah. Barelds dan Dijkstra (2006) juga menyatakan bahwa jealousy memiliki konotasi negatif dalam budaya Barat dan seringkali tampak sebagai emosi yang tidak diinginkan secara sosial. Selain itu, dalam mendefinisikan jealousy atau kecemburuan, orang awam pun cenderung mendefinisikan jealousy pada istilah yang negatif, seperti terluka, merasa terancam, marah, sedih, kesal bahkan berpikiran buruk terhadap pasangan.
Selain selalu dikaitkan dalam hubungan negatif, sebagian besar pendekatan tentang jealousy juga menekankan pada sisi negatifnya, yaitu seperti yang di kemukakan oleh Hendrik (dalam Atridge, 2013) menyatakan bahwa jealousy itu tidak sehat dan merupakan tanda defisit. Buunk dan Bringle (dalam Atridge, 2013) juga menyatakan bahwa jealousy merupakan sebuah emosi yang dapat merusak hubungan intim.
Dampak terburuknya, jealousy juga dapat dikaitkan dengan agresi dan kekerasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desteno, dkk (2006) menyatakan bahwa jealousy merupakan faktor yang dapat memicu perilaku agresif terhadap rival. Gage dan Hutchinson (2006) juga mengemukakan bahwa jealousy dapat mengakibatkan perubahan persepsi diri, agresi, dan kekerasan. Sejalan dengan pendapat tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh Murphy dan Rusell (2016) yang bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara sensitivitas penolakan, jealousy, dan agresi, menyatakan bahwa individu dengan kecenderungan sensitivitas penolakan yang tinggi mengalami tingkat kecemburuan yang lebih tinggi, dan kemudian memiliki kecenderungan agresi yang lebih besar dibandingkan individu dengan sensitivitas penolakan rendah. Selain itu, menurut Bevan (2008) jealousy juga dapat merusak sebuah hubungan, memengaruhi kualitas kehidupan sosial individu, dan menurunkan kepuasan hubungan.
Meskipun banyak studi yang berpendapat atau memiliki pandangan negatif tentang jealousy atau kecemburuan, pendapat yang dikemukakan oleh Mathes (1985) berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Menurut Mathes (1985) jealousy juga bisa menjadi fenomena positif, hal ini berdasarkan hasil penelitiannya yaitu bahwa individu yang melaporkan nilai cemburu yang relatif tinggi memiliki hubungan yang lebih stabil dan sukses daripada individu yang melaporkan nilai kecemburuan yang rendah. Sejalan dengan Mathes, Pines (1992) juga menyatakan bahwa jealousy merupakan hasil hubungan yang positif, hal ini karena jealousy dapat memberikan sinyal untuk berhenti merebut pasangan orang lain, sehingga dengan adanya jealousy dapat mengingatkan individu betapa berharganya pasangan mereka.
Selain itu, adanya jealousy juga dapat menghindari individu untuk membentuk hubungan lain selain dengan pasangannya, hal ini karena merasa cemburu dari waktu ke waktu dapat mengingatkan individu betapa penting pasangannya tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa selain memiliki sisi negatif, jealousy juga memiliki sisi positif. Harris dan Darby (2010) juga menyatakan bahwa meskipun jealousy memiliki sisi negatif, jealousy juga memiliki sisi positif bagi setiap individu yaitu untuk mengingatkan individu akan ancaman pada hubungannya serta dapat memotiviasi perilaku individu untuk melindungi pasangannya. Studi yang lain juga menyatakan bahwa selain sebagai hasil hubungan yang negatif, jealousy juga merupakan hasil hubungan yang positif, seperti kepuasan hubungan yang lebih tinggi dan komitmen (Mathes, 1985).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dikemukakan di atas, terlepas dari perbedaan dan persamaan pendapat mengenai jealousy, dapat disimpulkan bahwa jealousy merupakan perasaan takut kehilangan pasangan yang disebabkan oleh adanya ancaman dari pihak ketiga. Munculnya jealousy dalam sebuah hubungan terutama hubungan romantis adalah sesuatu yang wajar dan biasa terjadi pada setiap individu, namun pandangan mengenai apakah jealousy itu negatif atau positif tergantung pada setiap individu, hal ini karena setiap individu memiliki kadar atau pandangan yang berbeda dalam menyikapi jealousy atau kecemburuan.  Jealousy dapat dikatakan negatif apabila mengarah pada tindakan agresi atau kekerasan, yaitu tindakan menyakiti orang lain, baik secara fisik, verbal dan sebagainya. Sedangkan jealousy juga dapat dikatakan positif apabila perasaan jealousy yang dirasakan individu itu masih dalam keadaan wajar, dan apabila jealousy yang dirasakan juga hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan atau untuk mencegah adanya pihak ketiga dalam sebuah hubungan.



DAFTAR PUSTAKA
Attridge, M. (2013). Jealousy and Relationship Closeness: Exploring the Good (Reactive) and Bad (Suspicious) Sides of Romantic Jealousy. -, 1-16.
Barelds, D. P. H., & Dijkstra, P. (2006). Reactive, anxious and possessive forms    of jealousy and their relation to relationship quality among heterosexuals and homosexuals. Journal of Homosexuality, 51, 183-198.
Barelds, D. P. H.  dan P. Barelds-Dijkstra. (2007). Relations between Different Types of Jealousy and Self and Partner Perceptions of Relationship Quality. Clinical Psychology and Psychotherapy, 176-188.
Bevan, J. L. (2008). Experiencing and communicating romantic jealousy:    Questioning the investment model. Southern Communication Journal, 73,           42-67.
Desteno, D., Valdesolo, P., & Bartlett, M. Y. (2006). Jealousy and the threatened              self: Getting to the heart of the green-eyed monster. Journal of   Personality and Social Psychology, 91, 626-641.
Gage, A. J., & Hutchinson, P. L. (2006). Power, control and intimate partner                      sexual violence in Haiti. Archives of Sexual Behavior, 35, 11-24.
Hansen, G. L. (1991). Jealousy: Its conceptualization, measurement, and    integration with family stress theory. In P. Salovey (Ed.), The psychology and jealousy of envy (pp. 211–230). New York, NY: Guilford.
Harris, C. R., & Darby, R. S. (2010). Jealousy in adulthood. In S. L. Hart & M.     Legerstee (Eds.), Handbook of jealousy: Theory, research, and      multidisciplinary approaches (pp. 547-571). New York, NY: Wiley-            Blackwell.

Mathes, E. (1986). Jealousy and romantic love: A longitudinal study.          Psychological Reports, 58, 885–886. 
Marazziti, Donatella,  Giorgio Consoli, Francesco Albanese, Emanuela Laquidara, Stefano Baroni, and Mario Catena Dell’Osso. (2010). Romantic Attachment and Subtypes/Dimensions of Jealousy. 2008.
Massar, Karlijn., Abraham P. Buunk dan Mark Dechesne. (2009). Jealousy in the blink of an eye: Jealous reactions following subliminal exposure to rival characteristics. European Journal of Socia l Psychology, 768–779.
Murphy, Anna M.  dan Gemma Russell. (2016). Rejection Sensitivity, Jealousy, and the Relationship to Interpersonal Aggression. Journal of Interpersonal Violence, 1 –12.
Pines, A. M. (1992). Romantic jealousy: Five perspectives and an integrative          approach.Psychotherapy, 29, 675–683. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Timur Pada Psikologi Transpersonal

Tipologi Konstitusional Mazhab Jerman

teori tentang hubungan sikap dan perilaku